Melihat Museum Jenderal Besar Abdul Haris Nasution - Balige Keren
Melihat Museum Jenderal Besar Abdul Haris Nasution

Melihat Museum Jenderal Besar Abdul Haris Nasution

Share This
BALIGE KEREN -- Tepat pada 30 September, 52 tahun setelah peristiwa 1965, orang berbondong-bondong mendatangi kediaman Jenderal Abdul Haris Nasution di Jalan Teuku Umar No 40, Menteng, Jakarta Pusat.

Bangunan yang jadi saksi bisu terbunuhnya Ade Irma Suryani, putri bungsu Nasution yang ketika itu baru berusia 5 tahun, kini menjadi Museum Abdul Haris Nasution atau Museum Sasmitaloka Jenderal Besar DR. Abdul Haris Nasution.

Di museum yang bisa dimasuki secara cuma-cuma tanpa biaya tiket, pengunjung bisa melihat barang-barang pribadi milik Jenderal Nasution. Koleksi buku, pakaian, senjata hingga perabotan yang masih dipertahankan.

Pengunjung diajak berkelana ke masa lalu lewat diorama yang memperlihatkan kronologi penyerangan pasukan Tjakrabirawa yang merenggut nyawa Ade Irma, saat mengendap-ngendap di luar kamar AH Nasution, juga patung yang memperlihatkan Jenderal Nasution kabur dengan melompati tembok.

Lubang bekas tembakan di tembok dan meja masih dipertahankan, ditandai jelas dengan lingkaran merah.

Di ruang makan, terlihat patung parsukan Tjakrabirawa mengarahkan senjata ke arah Ibu Nas yang sedang mengggendong Ade Irma yang sudah berlumuran darah.

Ada pula ruangan khusus yang memamerkan foto-foto, lukisan serta peninggalan Ade Irma Suryani seperti boneka, tas kulit kecil dan tempat minum plastik.

Museum itu diresmikan pada 3 Desember 2008 oleh Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, bertepatan dengan hari lahir Jenderal Abdul Haris Nasution. Museum tersebut dibuka setiap Selasa-Minggu pukul 08.00 hingga 16.00 WIB.

Terdapat Ruang Relik berisi pakaian yang dikenakan para korban saat diculik, serta hasil visum dari dokter. Ada juga alat bantu pernafasan yang dikenakan tim evaluasi jenazah dari dalam sumur.

Di kompleks itu juga ada ruang teater yang memutar rekaman bersejarah pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi hingga pemakaman ke Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Pengunjung pada hari itu kebanyakan adalah kelompok pelajar yang melakukan study tour. Sebagian dari mereka mengelilingi museum didampingi para guru.

"Kami mengajak para siswa dan siswi mengetahui sejarah sekaligus menumbuhkan rasa nasionalisme, terlebih lagi menjelang Hari Kesaktian Pancasila," ujar Aida Mudrikah (40), salah satu guru SMA di Yayasan Islam Al-Ayaniyah tanggerang.

Vijanatin (17) salah satu siswi SMA YIA, mengatakan pertama kali datang ke museum tersebut. "Saya jadi tahu sejarah, di museum ini banyak pengetahuan baru," katanya.

Apakah keluarga Pahlawan Revolusi juga sering berkunjung? Seorang ibu yang pekerjaannya terkait dengan komplek tersebut, mengemukakan setiap menjelang Hari Kesaktian Pancasila keluarga pahlawan revolusi juga berkunjung.

"Keluarga Pahlawan Revolusi, yang beragama Islam biasa tahlilan di sini. Kalau yang beragama Kristen mereka mengadakan kebaktian di ruang theater," kata ibu yang minta identitasnya tidak perlu ditulis. (sumber)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages