Damaskus, Suriah – Setelah gelombang antusiasme membeli mobil-mobil terbaru yang sempat melanda pasar otomotif Suriah, kini giliran ponsel pintar modern yang menjadi pusat perhatian warga setempat. Fenomena ini menandai pergeseran tren konsumsi di tengah pemulihan ekonomi pasca-konflik, di mana masyarakat semakin haus akan teknologi yang terjangkau dan canggih. Video viral yang beredar menunjukkan kerumunan besar di pusat kota Damaskus, di mana ratusan orang berbaris panjang untuk membeli perangkat terbaru, mencerminkan semangat baru dalam kehidupan sehari-hari.
Kerumunan tersebut terlihat di berbagai toko elektronik utama, dengan antrean yang melintasi jalan raya utama sejak pagi buta. Menurut saksi mata, antusiasme ini dipicu oleh kedatangan stok ponsel impor yang langka, yang selama ini sulit didapat akibat sanksi ekonomi dan gangguan pasokan. Video berdurasi singkat itu menangkap momen ketika pembeli berdesak-desakan, sementara penjaga toko berusaha mengatur arus untuk menghindari kekacauan. Fenomena ini bukan hanya soal gadget, tapi juga simbol harapan akan konektivitas yang lebih baik di negeri yang baru mulai bangkit.
Tak lama setelah video diunggah, toko-toko tersebut dilaporkan tutup lebih awal, kurang dari 15 menit setelah rekaman diambil, karena stok habis seketika. Hal ini menimbulkan kekecewaan bagi banyak calon pembeli yang datang terlambat, tapi juga menunjukkan betapa tingginya permintaan. Analis pasar lokal menyatakan bahwa demam ponsel ini mirip dengan euforia mobil baru sebelumnya, di mana warga Suriah melihat perangkat ini sebagai investasi untuk komunikasi, bisnis online, dan hiburan di era digital yang semakin mendominasi.
Di tengah tren ini, ponsel buatan Amerika Serikat, khususnya iPhone dari Apple, menjadi salah satu yang paling dicari meski harganya relatif mahal. Model seperti iPhone 15 dan 16 series laris manis di kalangan kelas menengah atas, berkat fitur keamanan tinggi dan ekosistem iOS yang stabil. Meskipun impornya terbatas, penjualan iPhone mencapai pangsa pasar sekitar 20-25 persen berdasarkan data Statcounter Global Stats, menjadikannya pilihan premium bagi mereka yang mengutamakan kualitas dan status sosial. Banyak pembeli rela menabung berbulan-bulan untuk memiliki perangkat ini, yang dianggap tahan lama di kondisi cuaca ekstrem Suriah.
Ponsel buatan Tiongkok mendominasi pasar Suriah dengan harga yang lebih terjangkau dan variasi model yang melimpah, membuatnya menjadi favorit utama. Brand seperti Huawei, Xiaomi, dan Oppo menguasai lebih dari 50 persen pangsa pasar, dengan model seperti Huawei P series dan Xiaomi Redmi Note yang paling laku. Keunggulan mereka terletak pada baterai tahan lama dan kamera berkualitas tinggi, yang sangat dibutuhkan untuk penggunaan sehari-hari seperti video call dan media sosial. Tren ini didorong oleh pasokan stabil dari Tiongkok, yang relatif tidak terpengaruh sanksi, sehingga harga bisa ditekan rendah untuk menarik konsumen massal.
Dari Korea Selatan, Samsung tetap menjadi raja di segmen menengah hingga atas, dengan pangsa pasar sekitar 30 persen menurut data terkini. Model Galaxy S series dan A series, seperti Galaxy S24 dan A55, paling diminati karena layar AMOLED yang jernih dan dukungan 5G yang mulai merata di kota-kota besar Suriah. Samsung populer di kalangan pemuda dan profesional, yang menghargai integrasi dengan aplikasi global serta update software rutin. Penjualan melonjak setelah peluncuran model terbaru, dengan toko-toko di Damaskus sering kehabisan stok dalam hitungan jam.
Sementara itu, ponsel buatan Eropa, meski kurang dominan, mulai menarik perhatian dengan brand seperti Nokia dari Finlandia dan beberapa model dari Sony Swedia. Nokia C series dan G series laris di kalangan pengguna pedesaan, berkat daya tahan baterai dan harga di bawah 2 juta suriah pound. Pangsa pasar Eropa sekitar 10-15 persen, didorong oleh keandalan perangkat di area dengan sinyal lemah. Tren ini menunjukkan preferensi warga Suriah terhadap produk Eropa yang dianggap lebih ramah lingkungan dan minim gangguan, meski ketersediaannya masih terbatas dibanding kompetitor Asia.
Tren ponsel paling laku di Suriah secara keseluruhan mengarah pada perangkat mid-range dengan fitur AI dan kamera canggih, di mana Xiaomi dan Samsung bersaing ketat untuk posisi teratas. Data dari PhoneCopy menunjukkan bahwa model seperti Samsung Galaxy J6+ dan Huawei seri Y mendominasi sinkronisasi data pengguna, mencerminkan popularitasnya di kalangan sehari-hari. Faktor harga yang kompetitif, ditambah promo impor pasca-perubahan regulasi, membuat tren ini berkelanjutan, dengan penjualan naik 7 persen sejak awal 2025 menurut GSMA Intelligence.
Kembali ke tren mobil yang sempat mendahului demam ponsel, pasar otomotif Suriah masih didominasi oleh brand Korea Selatan seperti Hyundai dan Kia, yang menguasai hampir 95 persen penjualan kendaraan ringan baru pada 2022-2025. Model Hyundai H100 dan Tucson paling laku, terutama untuk keperluan komersial dan keluarga, dengan penjualan melonjak 250 persen di paruh pertama 2025 berkat relaksasi impor bekas. Tren ini mencerminkan preferensi warga terhadap kendaraan tangguh dan irit bahan bakar, di tengah kenaikan harga bensin yang fluktuatif.
Hyundai tetap menjadi satu-satunya merek yang aktif menjual mobil baru di Suriah, dengan model truk HR dan bus H-100 mendominasi pasar H1 2025. Penjualan mencapai 340 unit, naik drastis dari tahun sebelumnya, menandakan pemulihan pasca-larangan impor kendaraan penumpang bekas pada Juni 2025. Tren mobil paling laku kini bergeser ke kendaraan hybrid dan listrik, dengan peningkatan 110 persen registrasi EV pada 2024, meski masih terbatas pada model seperti Toyota Prius yang dianggap andal untuk jalanan rusak.
Kia, sebagai saudara Hyundai, mengikuti jejak dengan model Sorento dan Cerato yang populer di kalangan urban, meski pangsa pasarnya hanya 5 persen. Tren ini didorong oleh kebutuhan transportasi yang efisien, di mana mobil Korea dipilih karena suku cadang mudah didapat dan harga servis rendah. Pasar mobil Suriah, yang dulu mencapai 87 ribu unit per tahun sebelum konflik, kini fokus pada used cars yang lebih terjangkau, dengan harga Hyundai Tucson bekas sekitar 50 juta suriah pound.
Brand Tiongkok seperti MG dan BYD mulai merangsek masuk tren mobil Suriah, dengan model SUV murah yang menarik pembeli muda. Penjualan mereka naik berkat harga kompetitif dan fitur modern seperti sistem hiburan terintegrasi. Tren ini selaras dengan demam ponsel Tiongkok, di mana konsumen Suriah semakin terbuka terhadap produk Asia yang inovatif dan ekonomis, meski tantangan infrastruktur seperti jaringan listrik masih menghambat adopsi EV sepenuhnya.
Eropa dan Amerika kurang menonjol di tren mobil Suriah, dengan brand seperti Ford hanya punya 2 persen pangsa, terutama model pickup untuk pertanian. Namun, ada peningkatan minat pada Mercedes-Benz vintage yang ikonik di taksi kuning Damaskus, meski tren utama tetap pada mobil baru Korea. Regulasi baru seperti pengurangan bea cukai EV menjadi 10 persen mendorong tren hijau, dengan 281 unit EV terdaftar pada 2024, menjanjikan perubahan di 2025.
Demam ponsel dan mobil ini saling terkait, di mana peningkatan konektivitas melalui smartphone mendorong penggunaan aplikasi ride-sharing yang memerlukan mobil pribadi. Di Damaskus, banyak pembeli ponsel baru langsung memesan aksesori mobil via online, menciptakan ekosistem konsumsi baru. Tren ini juga didukung oleh pertumbuhan mobile connections sebesar 7 persen pada 2025, menurut DataReportal, yang membuat warga lebih bergantung pada gadget untuk navigasi dan transaksi.
Pemerintah Suriah melalui Kementerian Telekomunikasi telah menaikkan tarif layanan seluler untuk mendukung operator seperti Syriatel dan MTN, yang kini mencakup 96 persen populasi. Hal ini memfasilitasi tren ponsel, di mana penggunaan untuk berita dan kontak keluarga mendominasi. Namun, disparitas akses di pedesaan tetap menjadi tantangan, dengan tingkat literasi teknologi yang bervariasi antar wilayah.
Ekonomisnya, demam ini memberi dampak positif pada PDB Suriah yang diproyeksikan tumbuh 1 persen pada 2025, meski masih rapuh akibat sanksi. Importir ponsel dan mobil melaporkan pendapatan naik, sementara toko online seperti OpenSooq menjadi platform utama untuk jual beli. Tren refurbished devices juga naik, dengan Motorola dan Nokia menawarkan opsi hemat untuk Gen Z yang tech-savvy.
Di balik euforia, ada kekhawatiran soal keamanan data, di mana ponsel impor dari Tiongkok dan Korea harus mematuhi regulasi lokal untuk menghindari pemantauan. Video kerumunan di Damaskus juga menyoroti risiko overcrowding, meski polisi setempat berhasil mengendalikan situasi tanpa insiden besar. Tren ini diprediksi berlanjut hingga akhir 2025, dengan peluncuran model baru yang lebih AI-enabled.
Akhirnya, demam ponsel modern ini menjadi cerminan resiliensi masyarakat Suriah, yang meski menghadapi tantangan ekonomi, tetap optimis menghadapi era digital. Dari barisan panjang di toko hingga peningkatan penjualan mobil hybrid, semuanya menunjukkan arah positif menuju pemulihan. Para ahli memprediksi bahwa dengan stabilisasi pasokan, pasar gadget dan otomotif Suriah akan semakin matang, membuka peluang bagi investor regional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar